KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Manusia purba di Museum Geologi Bandung.
TRIBUN-MEDAN.com – Dari luar, bangunan museum yang satu ini memang begitu gagah. Terlihat jelas merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Bangunannya saja sudah terkesan tua, tunggu sampai Anda masuk ke dalam.
Manusia purba di Museum Geologi Bandung.
TRIBUN-MEDAN.com – Dari luar, bangunan museum yang satu ini memang begitu gagah. Terlihat jelas merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Bangunannya saja sudah terkesan tua, tunggu sampai Anda masuk ke dalam.
Museum
Geologi yang berada di Bandung, Jawa Barat, tersebut terdiri dari tiga
ruangan. Ruangan-ruangan tersebut antara lain ruangan “Geologi
Indonesia”, ruangan “Sejarah Kehidupan”, dan ruangan “Sumber Daya
Geologi” yang berada di lantai dua.
Nah, di ruangan “Sejarah
Kehidupan” yang berada sebelah kanan dari pintu masuk museum, merupakan
bagian favorit bagi para pengunjung museum ini. Bagaimana tidak, masuk
ke dalam ruangan ini, fosil dinosaurus yaitu Tyrannosaurus rex Osborn
menyambut pengunjung.
Dengan tinggi 6,5 meter dan panjang 14 meter, fosil tersebut mengingatkan pengunjung kepada sebuah adegan dalam film Jurassic Park.
Dinosaurus yang dikenal dengan sebutan T-rex ini memang terkenal
sebagai si kadal yang kejam karena merupakan dinosaurus paling buas.
Sayangnya,
fosil dinosaurus ini tak asli, hanya sebuah replika dari fosil yang
aslinya. Replikas fosil tersebut sumbangan dari pemerintah Jepang.
Namun, jangan buru-buru kecewa, tepat di depannya adalah fosil-fosil
binatang purba yang ditemukan di bumi Indonesia.
Anda bisa melihat
binatang seperti gajah purba, badak purba, kerbau purba, sampai kuda
nil purba. Seluruh fosil binatang purba ini diperoleh dari kawasan Pulau
Jawa, Flores, Sulawesi, dan lainnya. Pun terdapat fosil molusca atau
kerang-kerangan dari zaman purba. Uniknya, ukurannya sangat luar biasa
besar.
Fosil badak purba yang ditampilkan itu merupakan nenek
moyang badak Jawa yang sekarang masih ada di Ujung Kulon, Banten. Fosil
tersebut diperkirakan berumur satu juta tahun. Di Jawa Tengah, ditemukan
fosil kura-kura purba yang bentuknya raksasa dengan panjang mencapai
dua meter. Umurnya pun sangat tua, yaitu 1,7 juta tahun.
Bagian
menarik lainnya adalah replika fosil-fosil manusia purba yang ditemukan
di Indonesia. Jika Anda memiliki anak yang duduk di bangku SMP ke atas,
maka ini saat yang tepat untuk mengajaknya ke Museum Geologi.
Setelah
mendapatkan pelajaran di sekolah mengenai manusia purba, anak Anda bisa
melihat langsung wujud manusia purba di Museum Geologi. Salah satu yang
tenar adalah manusia purba dari Sangiran.
Pengunjung bisa melihat
sendiri Homo erectus dari Sangiran yang mengantarkan daerah Sangiran
menjadi situs warisan dunia UNESCO di tahun 1996. Pengunjung juga bisa
melihat fosil yang disebut-sebut sebagai “the missing link” dari Trinil,
Jawa Timur, temuan Eugene Dubois.
Ruangan “Sejarah Kehidupan”
memang diperuntukan untuk pengunjung yang ingin mengetahui perkembangan
kehidupan dari satu periode masa ke masa berikutnya. Tentunya diawali
dengan kehidupan di awal terbentuknya bumi sekitar 4,6 miliar tahun
lalu.
Di ruangan “Geologi Indonesia” tak kalah menariknya. Di area
ini, pengunjung dapat mempelajari proses terjadinya bumi dan alam
semesta. Kemudian proses pembentukan kepulauan Indonesia. Selain itu,
dibahas pula geologi pulau-pulau di Indonesia.
Jadi, pengunjung
dapat mengetahui aktivitas gunug api, pengetahuan mengenai batuan dan
mineral seperti kristal dan batu permata, serta aktivitas geologi di
Indonesia. Jika Anda penggemar batu permata, maka satu kaca pamer besar
akan menarik perhatian Anda.
Kristal dan batu permata dengan
berbagai warna dan bentuk akan membuat Anda semakin berminat dengan
bebatuan cantik itu. Salah satu koleksi yang menarik lainnya adalah
batu-batu meteorit yang ditemukan di Indonesia maupun luar Indonesia.
Tepat
di pintu masuk ke ruangan “Geologi Indonesia”, penunjung bisa melihat
aneka koleksi meteorit atau benda-benda angkasa. Ada meteorit batu dan
meteorit besi. Beberapa bahkan bisa Anda sentuh langsung dengan tangan.
Meteorit
yang ukurannya lumayan besar adalah Meteorit Jatipengilon yang jatuh di
Madiun, Jawa Timur. Meteorit lainnya adalah Meteorit Namibia yang jatuh
di dataran benua Afrika.
Rencana Museum
Museum
Geologi sendiri sudah ada sejak 16 Mei 1928. Walau begitu, koleksi yang
mengisi museum sudah dikumpulkan sejak 1850. Di bagian depan museum,
pengunjung dapat melihat foto-foto saat Presiden Soekarno mengunjungi
museum tersebut.
Museum ini sebenarnya pernah mengalami renovasi
di tahun 2000. Namun, beberapa data tidak mengalami pembaruan. Misalnya
di bagian tsunami, peristiwa tsunami Aceh di tahun 2004 tak dibahas.
Sebab data terakhir adalah tsunami di Flores di tahun 1992.
Begitu
pula di bagian Gunung Api. Bencana letusan gunung berapi yang terjadi
di era tahun 2000-an tak ada, misalnya saat Gunung Merapi meletus di
tahun 2006 dan 2010. Serta peristiwa letusan gunung berapi lainnya.
Ruangan
ketiga yaitu ruang “Sumber Daya Geologi” dikembangkan berkonsep ruangan
digital. Pihak museum merancang ruangan tersebut sebagai “GeoDigi” yang
menggabungkan geologi dan teknologi digital. Tujuannya adalah
mengoptimalisasikan penggunaan teknologi digital ke dalam area pamer
benda geologi.
Dengan kata lain, koleksi-koleksi museum tak
bersifat statis, melainkan dibuat interaktif dengan pengunjung. Selain
itu efek tata cahaya, tata suara, permainan interaktif digital, membuat
ruangan tersebut menjadi dramatis, namun menyenangkan.
Sayangnya, saat Kompas.com
melancong ke museum ini di awal Agustus 2012, peralatan digital di
ruangan tersebut belum dapat berfungsi karena masih perlu disempurnakan.
Selain itu, rencananya akan dibuka ruangan baru yaitu ruang “Geologi
dan Kehidupan Manusia”.
Bagian lain yang menarik adalah area
“Taman Siklus Batuan” dan “Penggalian Fosil Interaktif”. Kedua area ini
berada di luar gedung museum, alias di ruang terbuka. Bagian “Taman
Siklus Batuan” sebenarnya sudah jadi dan sudah bisa digunakan untuk
mempelajari batuan.
Sementara “Penggalian Fosil Interaktif” masih
belum bisa ditampilkan. Nantinya, pengunjung dapat melihat sendiri
proses penggalian fosil. Jika Anda tidak belajar dan bekerja di bidang
geologi, tentu sangat menarik melihat langsung proses tersebut, sebuah
adegan yang biasanya hanya bisa dilihat di film layar lebar seperti
Jurassic Park.
Pihak museum juga berencana untuk memberlakukan
tiket masuk bagi pengunjung Museum Geologi. Sebelumnya, pengunjung yang
datang bisa masuk dengan gratis. Namun, setelah Lebaran 2012, pengunjung
akan dikenakan biaya masuk museum.
No comments:
Post a Comment