Bencana alam seringkali datang tanpa diduga sama sekali, seperti halnya
bencana gempa bumi yang sangat sulit diprediksi. Atau bencana topan
badai yang sebenarnya masih bisa diprediksi tetapi karena komunikasi dan
penanganan yang buruk tetap saja menjadi malapetaka hebat yang memakan
korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit. Tidak sedikit bencana ini juga
terjadi akibat ulah manusia yang merusak pilar-pilar keseimbangan alam
seperti pembukaan lahan besar-besaran di tepian sungai atau penggundulan
hutan di wilayah hulu yang pada akhirnya memicu bencana banjir atau
longsor yang mematikan. Dilihat dari segi jumlah korban jiwa, dunia
mencatat 10 bencana yang paling mematikan di muka bumi.
10. Gempa Aleppo (230.000 korban tewas)
Aleepo berlokasi di sepanjang bagian utara sistem patahan geologis Dead Sea Transform
yang merupakan batas dari lempeng Arab dan lempeng Afrika. Gempa bumi
yang terjadi merupakan yang pertama dari dua gempa beruntun di wilayah
tersebut, yaitu pada bulan Oktober 1138 hingga Juni 1139 dan gempa
beruntun lainnya yang lebih kuat terjadi pada bulan September 1156
hingga Mei 1159.
Yang terkena dampak paling parahnya adalah wilayah Harim, dimana para Crusaders
disitu membangun sebuah benteng yang besar. Berbagai sumber menyebutkan
bahwa istana di situ hancur beserta rumah-rumah ibadatnya. Kubu
pertahanan Atharib, yang kemudian diduduki kaum Muslim, turut hancur.
Benteng pun juga rubuh dan menewaskan 600 penjaga istana, meski gubernur
dan beberapa pelayannya selamat dan mengungsi ke Mosul.
9. Gempa Bumi dan Tsunami di Sumatra (korban tewas 230.000)
Inilah
bencana alam paling mematikan di awal abad 21. Gempa bumi ini, di
kalangan ilmuwan disebut sebagai gempa bumi Sumatra-Andaman, merupakan
gempa bumi bawah laut yang terjadi pada jam 00:58:53 UTC (07:58:53 pagi
waktu setempat) pada tanggal 26 Desember 2004 dengan episentrum di lepas
pantai barat Sumatra, Indonesia. Gempa bumi dahsyat ini memicu tsunami
di sepanjang pantai-pantai yang berbatasan dengan Samudera Hindia dan
menimbulkan korban yang sangat besar dan menghancurkan
pemukiman-pemukiman di dekat pantai.
Gempa
ini pada awalnya tercatat berkekuatan 9.0 skala Richter, tetapi
kemudian meningkat antara 9,1 dan 9,3. Dengan kekuatan seperti ini
menjadikannya gempa bumi terdahsyat kedua yang pernah direkam di muka
bumi (gempa dengan kekuatan terbesar adalah gempa Valdivia tahun 1960).
Gempa sedahsyat ini mampu membuat seluruh planet bumi bergetar hampir
setengah inch atau lebih dari satu sentimeter. Di Aceh, Indonesia,
lokasi dimana sebagian besar korban jiwa berasal bahkan hingga beberapa
bulan setelah hantaman tsunami, maya-mayat korban tsunami masih
ditemukan dimana-mana.
8. Jebolnya Bendungan Banqiao, Cina (korban tewas 231.000)
Bendungan
Banqiao didesain untuk menghadapi prediksi banjir 1000 tahunan atau
sekali tiap 1000 tahun (saat curah hujan dprediksi mencapai 306 mm
per-hari). Hingga pada bulan Agustus 1975 terjadi bencana banjir yang
disebabkan oleh curah hujan yang tidak pernah berhenti sepanjang lebih
dari setahun. Pintu-pintu air akhirnya tidak mampu menampung luapan air,
sebagian disebabkan sedimentasi. Akibatnya bendungan jebol di 64 titik.
Setelah
akhirnya jebol, gelombang besar menyapu area di bawahnya dengan tinggi
gelombang mencapai 3-7 meter dengan kecepatan 51 kilometer pe jam.
Gelombang ini menyapu area hampir sepanjang 55 kilometer dan menciptakan
danau besar sementara seluas 12.000 km persegi. Evakuasi berjalan
sangat lambat dikarenakan kondisi cuca dan buruknya komunikasi.
7. Gempa Bumi Tangshan (242.000 tewas)
Gempa
bumi Tangshan nerupakan salah satu dari gempa bumi terdahsyat di era
moderen dilhat dari jumlah korbannya. Episentrum gempa berada di dekat
Tangshan, Hebei, Cina, sebuah kota industri yang dihuni sekitar sejuta
penduduk. Gempa terjadi pada pukul 03:42:53.8 waktu setempat (1976 July
27 19:42:53.8 UTC) dan berlangsung selama 15 detik. Sumber resmi
pemerintah Cina mencatat kekuatan gempa 7,8 skala richter meski beberapa
sumber menyebutkan hingga 8,2. Gempa ini merupakan gempa pertama dalam
sejarah dunia moderen yang menghantam sebuah kota besar.
Pemerintah
RRC menolak bantuan dunia internasional dan dikritik karena lambatnya
penanganan. Keadaan ini turut menyumbang terjadinya perubahan politis
hingga pada akhirnya mengakhiri revolusi budaya bangsa Cina yang
tertutup.
6. Banjir Kaifeng - 1642, Cina (Korban tewas: 300)
Kaifeng, di masa kini.
Kaifeng,
sebuah kota di provinsi Henan bagian utara, RRC, berlokasi di sepanjang
tepian selatan Yellow River dihantam banjir dahsyat yang di sengaja
dibuat oleh pasukan Kaisar Ming untuk mencegahnya di ambil alih oleh
petani pemberontak pimpinan Li Zicheng. Setengah dari 600.000 ribu
penduduk Kaifeng tewas akibat tersapu banjir dan juga karena kelaparan
dan wabah penyakit yang menyertainya. Peristiwa ini tercatat merupakan
sebuah strategi perang paling mematikan dalam sejarah (termasuk dalam
genocide sistematis) dan kedua terbesar menelan korban manusia pada
masanya.
Banjir ini juga mengakhiri masa emas kaum Yahudi yang
dikatakan pernah mendiami Cina antara tahun 1300 hingga 1642. Menjelang
bencana banjir ini populasi Yahudi di Cina sudah mencapai 5000,
kebanyakan di Kaifeng.
5. Topan India - 1839, India (Korban tewas: 300,000+)
Lokasi dekat Corina
Tahun
1839, gelombang pasang setinggi 40 kaki yang disebabkan oleh topan
dahsyat menyapu kota pelabuhan di Coringa mengakibatkan setidaknya
20.000 rumah hancur dan 300.000 orang tewas. Ini bukan bencana pertama
yang terjadi di Coringa: tahun 1789 terjadi tiga kali gelombang pasang
yang juga disebabkan oleh topan dan menghancurkan kota di mulut sungai
Ganga itu serta menenggelamkan hampir semua kapal-kapal dan
mengakibatkan tewasnya 20.000 orang.
4. Gempa Bumi Shaanxi - 1556, Cina (Korban tewas: 830.000)
deformasi akibat gempa Shaanxi
Musim
panas di tahun 1556, terjadi gempa bumi Shaanxi atau gempa bumi Hua
County, dan merupakan gempa paling mematikan yang pernah dicatat dan
menimbulkan korban tidak kurang dari 830.000 jiwa. Lebih dari 97 wilayah
di Provinsi Shaanxi, Henan, Gansu, Hebei, Shandong, Hubei, Hunan,
Jiangsu dan Anhui merasakan akibatnya. Di beberapa wilayah tersebut
bahkan kehilangan 60 persen pupulasinya. Kebanyakan dari korban tinggal
di "yaodong", gua-gua tinggal buatan yang runtuh akibat bencana. Gempa
ini tercatat berkekuatan 8,3 skala Richter dan merupakan gempa kelima
terdahsyat dilihat dari kekuatannya, meski dilihat dari jumlah korbannya
merupakan gempa bumi yang paling mematikan.
Dikatakan gempa ini
menyebabkan gunung-gunung dan sungai-sungai berubah posisinya,
jalan-jalan hancur, dataran yang menyembul keluar membentuk bukit baru,
atau dataran yang ambles membentuk lembah. Rumah-rumah, tempat-tempat
peribadatan dan batas-batas kota runtuh seketika.
3. Topan Bhola - 1970, Bangladesh [Korban Jiwa: 500.000 - 1.000.000]
Tanggal
12 November 1970 topan Bhola yang merupakan topan tropis yang ganas
menghantam Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). Topan ini merupakan
badai topan tropis paling mematikan yang pernah tercatat di muka bumi
dan salah satu bencana terdahsyat di era moderen. Lebih dari 500.000
orang tewas dan kebanyakan diakibatkan oleh banjir di pulau-pulau
berdataran rendah di sekitar delta sungai Ganga. Penanganan yang buruk
oleh pemerintah Pakistan Timur saat itu sangat buruk dan menuai kritikan
keras dari dunia internasional.
Topan ini mulai berubah menjadi
badai tropis yang ganas pada 11 November dan mulai berbelok ke timur
laut saat mendekati ujung teluk. Badai ini bergerak hingga kecepatan 185
km/jam dan menyebabkan hancurnya garis pantai Pakistan Timur dalam
semalam tanggal 12 November dibarengi oleh naiknya gelombang pasang.
2. Banjir Sungai Kuning (Yellow River) - 1887, Cina [Korban Jiwa: 900.000 - 2.000.000]
Sungai Kuning (Yellow River)
Yelow
River (Huang He) di Cina ssat itu menjadi rawan banjir akibat perluasan
besar-besaran wilayah daratan di sekitarnya. Tahun 1887 Yellow River
meluap dahsyat dan membanjiri wilayah-wilayah tersebut dan mengakibatkan
tewasnya antara 900.000 hingga 2.000.000 orang. Bencana alalm ini
tercatat sebagai salah satu yang paling mematikan yang pernah terjadi di
muka bumi. Selama berabad-abad, para petani yang tinggal di sekitar
Yellow River telah membuat bendungan-bendungan untuk menampung luapan
air yang disebabkan akumulasi endapan di dasar sungai. Pada thaun 1887,
naiknya air laut dan hujan deras yang berlangsung terus menerus selama
berhari-hari menyebabkan bendungan-benfungan itu meluap menimbulkan
banjir besar dimana-mana. Air bah dari Yellow River diperkirakan
menghantam melalui bendungan-bendungan di Huanyankou, dekat kota
Zhengshou di provinsi Henan.
Karena datarannya yang relatif rendah,
banjir ini menyebar cepat menyeberang ke Cina bagian utara, melubgkupi
area seluas 50.000 mil persegi, menyapu daerah-daerah pertanian dan
pusat-pusat bisnis. Setelah banjir, dua juta orang kehilangan tempat
tinggalnya. Wabah penyakit dan minimnya persediaan bahan pokok ikut
menambah banyak daftar korban tewas.
1. Banjir Yellow River - 1931, Cina [Korban tewas: 1.000.000 - 4.000.000]
Pengungsi akibat meluapnya Sungai Kuning (Yellow River)
Bencana
banjir di Yellow River (Huang He) tahun 1931 hingga saat ini tercatat
sebagai bencana alam paling mematikan dalam sejarah umat manusia dan
juga dalam abad 20 (jika pandemik yang menyertainya tidak dihitung).
Perkiraan jatuhnya korban jiwa adalah sebanyak 1 juta hingga 4 juta
nyawa. Kematian dalam jumlah yang luar biasa itu tidak hanya dikarenakan
hanyut atau tenggelam disapu banjir, tapi juga akibat wabah penyakit
dan kelaparan.
Antara bulan Juli dan November, beberapa wilayah
daratan seluas 88.000 km persegi seluruhnya dilanda banjir, dan sekitar
21.000 km persegi lainnya hanya bagian tertentu saja yang disapu banjir.
Hingga saat ini Yellow River (SUngai Kuning) di Cina ini sering disebut
sebagai "Derita Cina (China's Sorrow) karena telah menelan jutaan
korban jiwa manusia akibat banjir.
No comments:
Post a Comment